Wednesday, July 23, 2008

IRIGASI LUAR JAWA
Arahkan Pembangunan Irigasi Ke Luar Jawa

Oleh Haryo Damardono


Makin terbatasnya lahan pertanian di Pulau Jawa, seharusnya mendorong Departemen Pekerjaan Umum mempercepat pembangunan waduk dan jaringan irigasi di luar Jawa. Ketika air tercukupi, apalagi lahan luas, idealnya ketahanan pangan dan kesejahteraan petani pun tercapai.


Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Departemen PU Iwan Nursyirwan telah menegaskan, pemerintah memang memfokuskan pembangunan irigasi ke luar Jawa. Di Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Barat misalnya, tahun 2006-2008 ini tidak ada pembangunan maupun perlanjutan irigasi baru.


Data Ditjen SDA menunjukkan rencana pembangunan baru jaringan irigasi tahun 2008, terluas di Nusa Tenggara Timur (8.062 hektar), disusul Sumatera Selatan-Bangka Belitung (6.890 ha), Sulawesi Selatan (6.207 hektar), Sumatera Barat (4.884 ha), dan Nanggroe Aceh Darussalam (4.807 ha).


Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Siswono Yudho Husodo mengatakan, pembangunan pertanian di luar Jawa memang tidak dapat ditawar lagi. Program transmigrasi harus kembali digalakkan, terutama untuk memasok tenaga kerja pertanian.


Papua dan Kalimantan, kata Siswono, merupakan dua pulau harapan untuk membuka lahan pertanian baru. Lahan yang luas serta penduduk yang masih jarang, sangat mendukung lahan-lahan pertanian dengan luasan minimal 1-2 hektar per petani.


Pertanian padi di Jawa dengan kepemilikan 0,3 hektar, tidak menjanjikan apa-apa bagi kesejahteraan petani. Cepatnya alih fungsi lahan di Jawa pun, membuat jaringan irigasi yang dibangun rezim Orde Baru, menjadi sia-sia dalam meningkatkan produksi pangan.

Irigasi Komering
Tidak sekedar bicara kosong, Selasa (2/4) Dirjen SDA Departemen PU mencanangkan pembangunan lanjutan Jaringan Irigasi (JI) Komering tahap II phase 2, di Desa Nusa Raya, Kecamatan Belitang III, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan. Ini bukti perluasan daya dukung irigasi di luar Jawa.


Pencanangan didahului tarian Bali, ditimpali celetukan-celetukan dalam bahasa Jawa. Petani Komering Timur memang keturunan transmigran Bali yang jadi korban Gunung Agung tahun 1957, disamping transmigran Jawa, dan tentu saja penduduk asli Komering.


Nantinya, JI Komering tahap II fase II mengairi 14.140 hektar persawahan, didukung saluran sekunder sepanjang 39 kilometer, melewati 15 desa. Pembangunan ini akan memaksimalkan pemanfaatan potensi pengairan Daerah Irigasi (DI) Komering seluas 125.000 ha di Sumsel dan Lampung, yang kini baru mengairi 44.990 ha sawah.


Ketika irigasi terbangun, diharapkan taraf hidup masyarakat meningkat sebagaimana terlihat pada masyarakat Belitang di tepian saluran sekunder Belitang, yang minimal menanam padi dua kali dalam setahun.


Apalagi, sebagian besar petani Komering mempunyai lahan 1-2 ha. Ini disebabkan, mereka keturunan kedua dari para petani perintis pembuka lahan. Berbeda dengan petani di Jawa yang umumnya keturunan ketiga atau keempat, sehingga setelah dibagi-bagi per generasi luasnya menjadi kecil.


Namun setelah ditelusuri, masih ada petani yang kesulitan air. Petani Desa Jaya Mulyo, Kecamatan Semendawai suku III, misalnya ketersediaan bahan baku airnya hanya untuk satu kali musim tanam. Padahal, masuk pada JI Komering stage II-1 North Area, kawasan pertanian ini hanya berjarak kurang dari lima kilometer dari Saluran Sekunder terdekat.


"Bila petani di sini mampu menanam dua kali dalam setahun, maka satu kali penanamannya pasti "main" (istilah setempat untuk spekulasi)," ujar Maruf. Dia petani setempat, keturunan transmigran asal Kebumen, Jawa Tengah. Bila tidak menanam padi, mereka hanya berkebun seadanya, atau jadi buruh di perkebunan karet rakyat.


Tanpa air yang memadai, pertumbuhan padi terganggu. Sehingga petani harus "membayar" air, yakni menyedotnya dari saluran irigasi yang muka airnya rendah dengan mesin pompa buatan China. Kebutuhan air untuk satu musim tanam diperoleh dengan delapan jam penyedotan. Biaya sewa pompa termasuk solar per jam sebesar Rp 15.000.

Pemeliharaan Irigasi
Petani menduga sendimentasi di saluran sekunder mengganggu aliran air masuk ke saluran-saluran tersier. Mereka berniat bergotong royong mengeruk sendimentasi, tetapi dihalangi aturan-aturan yang dipampangkan di tepi saluran irigasi.


Kekurangan air meski berada di lingkup Daerah Irigasi, mempertunjukkan bahwa pembangunan apa pun harus didukung pemeliharaan. Sendimentasi di mulut saluran misalnya, ternyata berdampak tidak teralirinya puluhan kilometer saluran irigasi. Sawah mengering, petani pun merana.


Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera VIII Ditjen SDA Bistok Simanjuntak menegaskan, sedang ditenderkan upaya pengerukan sedimentasi di Saluran Sekunder Kali Macak II. Dengan nilai tender Rp 5 miliar, diharapkan realisasinya sangat membantu petani. Ini jawaban untuk kekurangan air di Jaya Mulyo.


Tetapi secara umum, Bistok mengatakan seluruh jaringan DI Komering secara bertahap selalu dirawat. Apalagi, diidorong pemberlakuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang SDA, maka dana operasional dan pemeliharaan DI Komering (karena lintas provinsi) berasal dari dana pemerintah pusat. Sebelumnya, dana pemeliharaan dari Pemerintah Provinsi.


Kini, Balai Wilayah Sungai masih merasa dihambat dalam pemeliharaan irigasi. Misalnya, Balai Wilayah Sungai kesulitan menjaga tingkat sedimentasi Saluran Sekunder akibat warga menolak saluran itu dikeringkan. Adanya pembudidaya ikan memperparah penolakan. Sehingga, pendekatan pada masyarakat menjadi penting.


Maka, dari dana pinjaman Japan Bank for International Coorporation bagi proyek lanjutan jaringan irigasi Komering ini (senilai 13,74 miliar Yen), bukan saja didatangkan konsultan desain. Tetapi juga, konsultan pemberdayaan petani dan konsultan optimalisasi bidang pertanian.


Di JI Komering Tahap II fase II, nantinya dikedepankan fungsi kelompok Persatuan Petani Pemakai Air (P3A). ”Ini agar petani merasa memiliki jaringan irigasi, sehingga membantu memelihara. Mereka juga akan dilimpahi pekerjaan seperti membersihkan jaringan irigasi, hingga mencabuti rumput di tepian saluran irigasi,” kata Bistok.


Sementara konsultan optimalisasi bidang pertanian, akan bekerja sama dengan Departemen Pertanian, dalam meningkatkan teknik-teknik pertanian maupun tanaman pangan. Dapat dioptimalkan misalnya bibit-bibit padi unggul, atau upaya pemberantasan hama.


”Petani di Komering Timur ini, sudah mendapat air yang cukup, lahan yang luas, tetapi terkadang tidak mendapat pendapatan yang memadai. Mungkin, mutu beras kurang baik sehingga nilai jualnya rendah. Andaikata bibit bagus dan perawatan padinya baik, dapat saja mutu berasnya setara beras-beras unggul yang jadi nasi di restoran-restoran Jepang itu,” kata Bistok Simanjuntak.

2 comments:

An said...

Watch movies online from my blog and tell for your friends.

Amisha said...

Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut