Thursday, March 09, 2006

AIR TERJUN JUMUG, THE LOST PARADISE...

BERLEBIHAN kiranya menyebut Air Terjun Jumug di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar sebagai The Lost Paradise, surga yang hilang. Namun, demikianlah petunjuk yang baru tahun ini dipampang -pada lokasi sejauh 300 meter dari air terjun di tepian ruas Kota Kecamatan Ngargoyoso-Candi Sukuh-untuk mempromosikan situs pariwisata terbaru Karanganyar.

Meski sama-sama menyandang predikat the lost paradise, tentu air terjun Jumug tidaklah sefenomental penemuan air terjun Angel yang ditemukan tahun 1935 oleh pilot Amerika Jimmie Angel ketika terjatuh di kawasan Venezuela, Amerika Selatan. Air terjun Jumug jugalah tidak setinggi air terjun Angel yang menurut pengukuran berketinggian 979 meter atau hampir satu kilometer.

Hanya berlokasi 500 meter di atas air terjun, Situs Candi Sukuh di ketinggian 910 kilometer di atas permukaan laut ini telah didirikan pada abad ke-15. Seorang pemuka adat sebuah pura yang cukup berpengaruh di kawasan Keraton, Budiarso, bahkan pernah membisikkan candi tersebut sesungguhnya buah karya kebudayaan Megalitikum dan hanya direstorasi, lalu digunakan kaum Hindu.

Ilustrasi tadi mengajak kita berefleksi bahwa di tengah sebuah peradaban Jawa Kuno, air terjun, grojogan tentunya telah dinodai berbagai kegiatan masyarakat, tidak terlupa aktivitas spiritual. Dengan air sebagai perlambang pencuci, pembersih, dan pembaptis, menjadi pertanyaan ditemukannya kembali air terjun Jumug. Benarkah situs pariwisata ini pernah hilang, atau baru ditemukan?

Entahlah! Yang jelas, menurut warga Desa Berjo, Narto, selama ini dari balik rerimbunan pepohonan hanya terdengar suara air jatuh dari ketinggian. Beberapa orang dewasa menerobos semak belukar, pernah melaporkan keberadaannya, walau tidak mengelaborasinya lebih lanjut. Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar bukannya tidak tahu-menahu keberadaan situs wisata ini, meski dana yang jadi kendala pengembangan.

Adalah Abdullah, warga keturunan Arab -sejak tahun 1968 berdiam di Kecamatan Ngargoyoso- yang menanamkan investasi di sini. Pemerintah Kabupaten Karanganyar membabat semak belukar, menata pepohonan yang terlalu rimbun, dan mengatur pertumbuhan tanaman yang merambati air terjun sehingga tampaklah kini air terjun Jumug. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar, Joko Suyanto menunjuk Abdullah sebagai the discover of Jumug Waterfall.

Bila Anda berkesempatan menyambangi Solo, tentu tiada ruginya menyinggahi sisa peradaban tua -berupa Candi Sukuh- yang kesohor karena bentuk piramida terpenggalnya. Namun jangan lupa, tengoklah pula air terjun Jumug, 35 kilometer dari Solo. Air terjun ini terdiri dari tiga tingkat, dengan ketinggian air terjun tingkat teratas 8 meter, tingkat kedua 12 meter, dan tingkat terbawah (utama) 30 meter. Jikalau Anda tak kuat, Anda bisa menyaksikan hanya air terjun utamanya, sebab medan mendaki kedua tingkat atas air terjun sangat menguras energi dan dapat membuyarkan chi pernafasan Anda. (RYO)

No comments: