SWIKE PING PURWODADI, ADA SEJAK 1901
Restoran sederhana di Jl Kolonel Sugiono, Purwodadi masih dibanjiri pelanggan meski jarum jam menunjuk angka 21.00. Pelanggan silih berganti berdatangan seraya bertanya, "Masih ada?" sebelum mendarat di kursi makan. Aroma kuat menyengat dari kuah-kuah makanan yang mengepulkan tirai asap tipis.
Tepat di depan restoran terdapat patung kodok. Binatang kodok? Ya, mengapa tidak? Mungkin kodok salah satu binatang terpopuler di dunia termasuk di Indonesia. Yang jelas, di tangan-tangan terampil, dan lidah-lidah mumpuni wong Purwodadi, kodok diolah sedemikian rupa menjadi hidangan lezat. Tak heran terasa asing mencantumkan kata "swike" tanpa petunjuk lokasi-Purwodadi.
Malam itu, pemilik swike "Ping" Indah Lestariningsih menginstruksikan sederetan menu-menu makanan yang harus dipersiapkan demi memenuhi hasrat kuliner para pelanggan. swike kuah, kodok goreng tepung, kodok goreng mentega, pepes kodok, dan rambak kulit kodok adalah sederetan menu utama.
Indah Lestariningsih adalah pewaris bisnis keluarganya di bidang kuliner swike. Sebagai generasi ke-5, restorannya menempati lahan di mana dahulu kakek buyutnya berdiam, meracik bumbu, dan menguliti kodok, sebelum melangkahkan kakinya menapaki jalan-jalan kota Purwodadi, memikul dan menjajakan dagangan masakan swike.
"Saya generasi penerus kelima yang masih berjualan swike. Meski saya keturunan kakek buyut, pionir penjual swike di Purwodadi sejak tahun 1901, saya tak berkesempatan bertemu beliau. Tapi tak jadi soal karena toh keahlian meracik bumbu dan memasak swike diturunkan dari generasi ke generasi," kata Intan yang bernama asli Tjan Ping Nio.
Kini, swike Ping Purwodadi tak hanya dapat dinikmati di Purwodadi. Berkat jaringan keluarga, swike ini dapat dinikmati di Jl Imam Bonjol, Semarang, Jl Diponegoro, Yogyakarta, dan Jl Yos Sudarso, Solo. Restoran buka tiap hari pukul 08.00-21.00. Soal rasa? Menurut pemilik restoran swike Ping Semarang Oei Giem Nio (61), tak beda. Dia mengatakan, hampir tiap hari bumbu-bumbu swike, termasuk kodok-kodok yang akan dimasak, dipasok langsung dari Purwodadi sehingga standarisasi rasa tercapai.
Penikmat swike kuah yang diracik dengan bumbu tauco, bawang merah, irisan jahe, plus bonus aroma kuah menyengat ditingkahi uap bumbu yang harum, dapat menikmati menu kodok hanya dengan Rp 7.000 tiap porsi. Sedangkan kodok goreng tepung dan kodok goreng mentega yang dimasak dengan bumbu bawang putih, merica, bumbu wijen, dan kecapasin, per porsi Rp 8.000.
Menurut Oei Giem Nio, khusus kodok goreng tepung dan kodok goreng mentega, para pelanggannya sering memesan dalam jumlah banyak, sekitar 50-100 bungkus untuk dibawa sebagai oleh-oleh dan penawar rindu akan tanah air untuk kerabat ataupun sahabat, baik ke Singapura maupun Hong Kong. Kodok-kodok itu akan dimasukkan dalam freezer, kemudian dikukus setibanya di tujuan.
Ada pula kodok pepes seharga Rp 3.000 tiap porsi yang diolah dengan bumbu kemiri, kemudian dibakar. Bagi penggemar fanatik kerupuk, yang serasa tak bersantap bila tak menikmati mengunyah dengan sensasi keriuk.. keriuk..., tersedia kerupuk rambak kulit kodok seharga Rp 2.000 tiap kantung.
Oei Giem Nio mengatakan tak ada rahasia khusus mengolah kodok, hanya saja membersihkan jeroan dan isi perut kodok perlu dilakukan dengan benar. Bahan dasar kodok dapat dicari di mana-mana, tak harus dari Purwodadi. Hanya saja dia mengingatkan, kodok dari Cepu cenderung liat dan kenyal dagingnya sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk memasak. (RYO).
Friday, March 10, 2006
Diposting oleh haryo98 di 5:28 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment